Cerpen singkat
SESAK NAPAS
Tik... tik... tik suara gemuruh percikan air telah jatuh di bumi
ini, Tanah yang tandus dan gersang telah tersirami. Itu bertanda bahwa musim
hujan telah datang di kampung halaman. Semua orang menyambut dengan suka cita
dan rasa bersyukur yang amat dalam kepada Sang Pencipta, karena telah
menurunkan hujan yang sangat penuh berkah ini. Begitu pula dengan keluargaku
yang sangat bersyukur dengan turunya hujan. Namun, datangnya musim hujan
berarti udara malam semakin dingin dari biasanya. Hal itulah yang Kami
khawatirkan. Terutama menyangkut penyakit yang diderita kakak Ku. Kakaku
memiliki penyakit alergi dingin dan efeknya adalah sesak nafas. Kakak ku
memiliki penyakit sesak nafas semenjak Kakak ku masih kecil. Setiap musim hujan
Kakak ku sangat membutuhkan perhatian yang lebih, karena sesak nafasnya itu.
Dia pun selalu rutin minum obat untuk mencegah dan mengurangi sesak nafas yang
dideritanya, supaya tidak kambuh kembali.
***
Saat musim hujan yang lalu, saat
bermain sepak bola, tiba tiba hujan deras mengguyur tubuh Kakak ku.
Malam harinya, sesak nafas yang diderita Kakak ku kembali
kambuh. Saat itu, dirumah hanya ada Aku dan Ibukku. Saat sesak nafas yang
diderita Kakak ku kembali
kambuh, Aku dan Ibuku menjadi panik dan khawatir melihat kondisi Kakak ku.
Aku bertanya pada Ibukku “Bu, Bapak
kemana?”,
“Bapak , ke rumah nenek” jawab ibuku dengan
rasa cemas dan panik.
Aku terus melihat Kakak ku yang terus
menerus menghela nafas dalam-dalam lewat mulutnya karena hidungnya tersumbat
untuk mendapatkan oksigen, dan hunyi nafasnyapun “Ngik...ngik..ngik”.
Saat itu Aku sangat takut dan meneteskan air
mata saat melihat Kakak ku terbaring di depan televisi, bersandar bantal dengan
wajah memerah, mata berkaca-kaca ,tubuh penuh keringat dan kesulitan bernafas.
Namun, Aku tak bisa berbuat apa-apa, karena persediaan obat di rumah sudah habis
dan waktupun sudah larut malam. Tapi, Ibuku terus berusaha untuk menghubungi Abahku.
Saat itu HP masih jarang ditemui, hampir –hampir HP masih belum populer seperti
saat ini.
“La, Ibu kerumah pak Yahya (ketua RT di
desaku) sebentar ya! Ibu akan mencari
bantuan untuk menghubungi Abah” kata ibuku sambil tergesa- gesa dan panik.
Sesaat setelah Ibuku sampai kerumah pak Yahya.
Datanglah anak pak Yahya yang masih duduk dibangku kelas XII SMA yang biasa di
panggil dengan sebutan mas Ilham.
“Ada apa mbak U’un (nama Ibuku) kelihatanya
panik sekali?” kata mas Ilham.
Jawab Ibuku ”Tulung mas Ilham,
sampian susul pak Kharis (nama abahku) dirumah Ibunya, tadi disana ada acara”.
“Iya! njenengan tenang riyen mbak
U’un, mboten usah panik, alamate pundi mbak U’un?” tanya mas Ilham pada Ibuku.
”Wonorejo kolak, depan rumah bu Lastri perias
manten” jawab Ibuku.
Dirumah, sambil menunggu Ibuku Aku
berusaha menenangkan Kakak ku yang semakin kesulitan bernafas dengan memberikan
selimut tebal dan berusaha menyuruh Kakak ku untuk tenang.
“Kak, kamu yang sabar dan bernafaslah
dari mulut, kalau memang hidungmu tersumbat”.
Jawab Kakak ku ”Iya, ini Aku sudah
berusaha, gtapi tetap saja masih sesak”.
Tak lama kemudian Ibuku kembali dari
rumah pak Yahya, dan Ibuku mencoba untuk menenangkan kakakku dan menawarinya
minum.
”Fit, minum ya?” tanya Ibuku kepada Kakak ku.
”Iya, tapi sedikit aja, Bu” jawab Kakak
ku dengan suara lirih.
Setelah selesai memberikan minum pada Kakak ku
Ibu menyuruh Kakak ku untuk tenang dan beristirahat. Sambil memijat badan kakak
ku, Ibu berusaha menyembunyikan kecemasanya terhadap kondisi kakakku dan
berusaha menghibur diri dengan menonton televisi.Semakin larut malam kondisi Kakak
ku semakin baik dan setabil. Tak lama kemudian Abahku datang dan bertanya pada
Ibuku,
”Fitri, sesak nafasnya apa kambuh
lagi?” tanya Abahku pada Ibuku.
”Iya, Tapi sekarang kondisinya semakin
membaik dan setabil” Jawab Ibuku.
”Meskipun sudah setabil, besok tetap
dibawa ke rumah sakit untuk diperiksakan, karena sekarang sudah larut malam,
tidak memungkinkan untuk dibawa kesana sekarang”kata Abah kepada Ibuku.
“Iya, Bah”Jawab Ibuku dengan rasa
tenang.
Setelah kejadian itu, Kakak Ku
semakin berhati hati, supaya kejadian ini tidak akan pernah terulang lagi.
Oleh Fitri Fatimatuz zahrok
Oleh Fitri Fatimatuz zahrok
Comments
Post a Comment